Sabtu, 26 Februari 2011

MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DESA SAHU (Helika)




Mata pencaharian Masyarakat Sahu pada umunnya adalah bertani. Ladang-ladang ditanami dengan ubi-ubian, berbagai jenis sayuran, tanaman sejenis bumbu-bumbuan dan sebagainya. Hasil-hasil tanaman bahan makanan umumya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, yang apabila terdapat ada kelebihan di jual untuk mendapatkan uang.
Berkebun merupakan pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga karena pekerjaan ini didahului dengan penebangan pepohonan yang besar dan lebat kemudian diadakan pembakaran disaat hasil penebangan sudah kering. Oleh kerena itu pekerjaan berkebun di lakukan dengan jalan bergotong-royong. Misalnya ada satu keluarga memiliki pekerjaan, maka akan mendapatkan bantuan dari keluarga yang lain  secara suka rela karena merasa ada beban moril. Ada juga dengan cara membayar orang utuk bekerja sesuai dengan pekerjaan yang di sepakati.
            Siklus pekerjaan berkebun dilakukan pada bulan juni-juli atau musim panas sehingga orang-orang menebang kayu dan membiarkan hasil penebangan tadi selama dua bulan  atau sampai kering. Setelah dikeringkan sebelum datang musim hujan maka dibakar, hasil pembakaran berupa abu dijadikan pupuk untuk menanam benih atau biji.

Untuk mendapatkan areal tanah, orang mengusahakan pembukaan hutan secukupnya. Untuk membuka hutan terutama menebang itu dilakukan dengan mengunakan mesin senror. Setelah 1-2 bulan atau hasil penebangan sudah kering maka akan diadakan pembakaran, lalu ditanami dengan tanaman-tanaman yang dikehendaki. Apabila tanah garapan ditinggalkan oleh pemiliknya maka orang lain tidak boleh menggarapnya, karena masih dalam penguasaan si penggarap pertama. Tempat atau hutan bekas garapan ini dikenal dengan istila jurame.
Masyarakat Sahu dalam hal ini juga menanam pohon buah-buahan, seperti pisang, mangga, nenas, rambutan, lansat, dan durian. Sedangkan usaha perkebunannyang menonjol adalah tanaman cengkih, kelapa, coklat dan pala, yang menghasilkan produksi yang cukup tinggi harganya, jenis-jenis tanaman ini sangat tumbuh subur di Pulau Taliabu, sehingga Masyarakat memanfaatkan peluang ini. Tanah di sini memiliki kesuburan yang tidak mudah hilang sehingga tanaman dapat bertahan lama.
Hasil tersebut di atas mendatangkan penghasilan bagi penduduk. Dengan penghasilan yang ada dipergunakan unutuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan bahkan bisa membiayai anak-anak mereka yang bersekolah. Hasil pertanian dijual daerah-daerah perkotaan seperti Luwuk (sulawesi Tengah), Bitung (sulawesi Utara) dan Bau-bau (Sulawesi Tenggara). Daerah-daerah tersebut merupakan pilihan masyarakat dengan tujuan agar dapat berbelanja barang-barang yang dibutukna oleh masyarakat.
Alat-alat pertanian yang bisa dipergunakan oleh penduduk antara lain parang/peda, pacul, kapak serta sabit yang di pergunakan untuk membersiskan rumput dan sensor utuk menebagk kayau.
Hasil hutan lainnya yang bisa memberikan mata pencaharian adalah pohon sagu untuk dibuatnya tepung sagu. Sagu/sa merupakan makanan ciri khas masyarakat.  Pohon sahu tumbuh secara alami di hutang yang berrawa-rawa, sehingga dapat mengambil peluang ini untuk beraktifitas. Pohon-pohon sagu yang suda berumur 8-9 tahun atau pohonnya sudah mengeluarkan bunga di bagian pucuk lalu ditebang dan batangnya dibelah dua untuk mengambil serat-serat yang penuh dengan tepung lalu diadakan penyulingan atau filterisasi. Setelah itu tepung sagu yang basah diambil dan dibungkus dengan wadah-wadah yang terbuat dari daun-daun rumbia/sagu yang di namakan tumang, berat tiap tumang kurang lebih 5 kg.

                                                                                    By Helika Mansur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar