Sabtu, 26 Februari 2011

TALIABU SUKU MANGE, MATA PENCAHARIAN ....Helika Mansur


  1.        Mata Pencaharian
Mata pencaharian orang Mange pada umunnya adalah bertani. Ladang-ladang ditanami dengan ubi-ubian, berbagai jenis sayuran, tanaman sejenis bumbu-bumbuan dan sebagainya. Hasil-hasil tanaman bahan makanan umumya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, yang apabila terdapat ada kelebihan di jual untuk mendapatkan uang.
Untuk mendapatkan areal tanah, orang mengusahakan pembukaan hutan secukupnya lalu ditanami dengan tanaman-tanaman yang dikehendaki. Apabila tanah garapan ditinggalkan oleh pemiliknya maka orang lain tidak boleh menggarapnya, karena masih dalam penguasaan si penggarap pertama. Tempat atau hutan bekas garapan ini dikenal dengan istila jurame.
Masyarakat Mange dalam hal ini juga menanam pohon buah-buahan, seperti pisang, mangga, nenas, rambutan, lansat, dan durian. Sedangkan usaha perkebunannyang menonjol adalah tanaman cengkih, kelapa, dan coklat yang menghasilkan produksi yang cukup tinggi harganya, ketiga jenis tanaman ini sangat tumbuh subur di Pulau Taliabu, sehingga Masyarakat memanfaatkan peluang ini. Tanah di sini memiliki kesuburan yang tidak mudah hilang sehingga tanaman dapat bertahan lama.
Hasil tersebut di atas mendatangkan penghasilan bagi penduduk. Dengan penghasilan yang ada dipergunakan unutuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan bahkan bisa membiayai anak-anak mereka yang bersekolah.
Alat-alat pertanian yang bisa dipergunakan oleh penduduk antara lain parang/peda, pacul, kapak serta sabit yang di pergunakan untuk membersiskan rumput.
Hasil hutan lainnya yang bisa memberikan mata pencaharian adalah pohon sagu untuk dibuatnya tepung sagu. Sagu/sa merupakan makanan ciri khas Suku Mange.  Pohon sahu tumbuh secara alami di hutang yang berrawa-rawa, sehingga Orang Mange mengambil peluang ini untuk beraktifitas. Pohon-pohon sagu yang suda berumur 8-9 tahun atau pohonnya sudah mengeluarkan bunga di bagian pucuk lalu ditebang dan batangnya dibelah dua untuk mengambil serat-serat yang penuh dengan tepung lalu diadakan penyulingan atau filterisasi. Setelah itu tepung sagu yang basah diambil dan dibungkus dengan wadah-wadah yang terbuat dari daun-daun rumbia/sagu yang di namakan tumang, berat tiap tumang kurang lebih 5 kg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar